Soroti Kendala Lifting Minyak di PHR Fokus pada Efisien Biaya
Ketua Komisi XII Bambang Patijaya saat memimpin Kunjungan Reses ke Pekanbaru, Riau, Senin (9/12/2024). Foto : Upi/Andri
PARLEMENTARIA, Pekanbaru - Pertamina Hulu Rokan (PHR) merupakan salah satu pusat produksi minyak terbesar di Indonesia. Komisi XII telah melakukan telaah mendalam bersama Tenaga Ahli untuk mengidentifikasi kendala yang mempengaruhi lifting minyak di wilayah Hulu Rokan. Salah satu poin kritis yang dibahas adalah terkait besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mencapai target lifting.
“Target lifting ini membutuhkan optimasi, bukan hanya pada kuantitas produksi tetapi juga pada efisiensi biaya. Kita ingin mengetahui secara jelas berapa total biaya lifting per barel dan memastikan agar tidak ada pemborosan,” ujar Ketua Komisi XII Bambang Patijaya saat memimpin Kunjungan Reses ke Pekanbaru, Riau, Senin (9/12/2024).
Selain itu dirinya juga menyoroti program workover yang dilakukan Pertamina Hulu Rokan, dengan target mencapai 500 titik per tahun. Ia mempertanyakan strategi alternatif yang bisa diambil untuk memastikan program tersebut tidak membebani biaya secara berlebihan.
“Workover yang dilakukan dalam jumlah besar tentu penting, tetapi harus dipastikan ada upaya lain untuk menjaga efisiensi operasional. Ini adalah salah satu titik kritis yang harus terus diawasi,” jelasnya.
Dengan begitu Komisi XII bersama Direksi PHR dan Direktur Utama Pertamina Hulu Energi mendorong agar tantangan, dan strategi yang tengah dijalankan untuk meningkatkan produksi, dan meninjau secara langsung kinerja lifting minyak yang dikelola oleh Pertamina Hulu Rokan.
“Kami ingin lifting minyak bisa ditingkatkan, tetapi tidak semata-mata fokus pada kuantitas. Hal yang juga penting adalah bagaimana mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan. Kami harus memastikan biaya lifting per barel berada pada level yang efisien,” ujar Bambang.
Legislator Fraksi P-Golkar, menegaskan bahwa Komisi XII berkomitmen untuk terus mengawal kinerja Pertamina Hulu Rokan agar dapat mencapai target lifting yang progresif. Ia berharap kunjungan ini dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan sinergi yang lebih baik antara DPR dan PHR untuk mendukung optimalisasi produksi migas nasional.
“Kami ingin Pertamina Hulu Rokan terus maju dengan pencapaian yang lebih baik, baik dari segi kuantitas maupun efisiensi biaya. Ini adalah upaya bersama untuk memastikan migas tetap menjadi pilar penting dalam ketahanan energi nasional,” tutup Bambang. (upi/aha)